Anak belajar memahami dunia dengan cara mengeksplorasi lingkungannya. Berhitung adalah salah satu cara anak untuk mendemonstrasikan pengetahuan mereka dengan menyebutkan angka dan jumlah benda yang mereka lihat. Misalnya menghitung jumlah anak tangga ketika mereka turun tangga atau menghitung jumlah mobil-mobilan yang mereka miliki saat bermain. Belajar berhitung anak dianggap penting dalam pendidikan dan dalam tonggak perkembangan anak. Karena belajar berhitung anak adalah langkah pertama untuk belajar matematika, dan merupakan gagasan paling fundamental dari matematika. Pada saat anak mencapai usia taman kanak-kanak, mereka mulai menggunakan keterampilan berhitung mereka untuk menyelesaikan masalah sederhana seperti pertambahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian (Kilpatrick, Swaford, and Findell 2001).
Beberapa penelitian memberikan informasi yang mendasar tentang proses kognitif apa saja yang terlibat untuk mencapai konsep matematika. Hal ini berhubungan dengan lima faktor sebagai berikut (Chalfant & Scheffelin 1969):
1. Kecerdasan umum
2. Kemampuan spasial
3. Faktor neorofisiologikal
4. Kemampuan verbal
5. Pemecahan masalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McLeod dan Crump (1978), ditemukan bahwa dikarenakan substansi matematika berupa simbol dan bahasa, maka kemampuan verbal merupakan bagian integral dari banyak aspek matematika, termasuk konsep kuantitas dan klasifikasi. Oleh karena itu, banyak fondasi pencapaian matematika melibatkan konsep bahasa. Lebih lanjut, banyak penelitian lain yang menyarankan bahwa keterampilan berhitung atau matematika yang diperoleh sejak dini sangat penting dalam perkembangan kesuksesan sekolah jangka panjang (Aunola, Leskinen, Lerkkanen, & Nurmi, 2004; Byrnes & Wasik, 2009; Claessens & Engel, 2013; Duncan et al., 2007; Geary, Hoard, Nugent, & Bailey, 2013; Jordan, Kaplan, Ramineni, & Locuniak, 2009; Stevenson & Newman, 1986; Watts, Duncan, Siegler, & Davis-Kean, 2014).
Teori-teori perkembangan dan kognitif memprediksi bahwa pengetahuan matematika yang diperoleh sejak dini berhubungan dengan prestasi masa depan karena keterampilan numerikal awal dapat memfasilitasi kemahiran keterampilan matematika anak di masa depan (Aunola et al., 2004; Entwisle & Alexander, 1990; Gersten et al., 2009; Jordan et al., 2009). Kerangka pengembangan keterampilan ini bertumpu pada gagasan bahwa matematika adalah subjek yang sangat hierarkis, yang mana penguasaan konsep dan prosedur sederhana diperlukan untuk memahami konsep matematika yang lebih sulit. Misalnya, menyelesaikan persamaan aljabar sederhana tidak mungkin dilakukan tanpa ada pengetahuan rumus pembagian dan perkalian. Pengetahuan operasional ini sangat bergantung pada pemahaman prinsip dasar berhitung.
Namun, agar si Kecil dapat mencapai kesuksesan di sekolah, tentunya keterampilan dasar matematika saja tidak cukup. Anak perlu mendapatkan dukungan yang baik dari lingkungan sekolah dan di rumah sejak awal ia bersekolah. Semua hal ini akan membantu anak untuk mendapatkan keberhasilan di sekolah (Bronfenbrenner & Morris, 2006). Contohnya, anak yang berprestasi tinggi di taman kanak-kanak umumnya mendapatkan umpan balik yang positif dari guru-guru, orangtua, dan teman-temannya terhadap kemampuan akademiknya sehingga ia memiliki rasa percaya diri pada kemampuan matematikanya (Bong & Skaalvik, 2003; Meisels, 1998). Lebih lanjut, prestasi awal berhitung anak dapat menjadi pintu gerbang untuk mengetahui kemampuan sekolah yang lebih tinggi, yang juga akan mendukung pengembangan akademis lebih lanjut. Watts dkkl, (2014) menemukan bahwa peningkatan keterampilan matematika selama dua tahun pertama sekolah lebih dapat memprediksi pencapaian anak selanjutnya dibanding hasil pengukuran keterampilan masuk sekolah.
Jadi, berdasarkan informasi ini apa yang dapat dilakukan oleh Mam dan Pap? Selain dengan dapat memasukkan konsep berhitung dalam setiap permainan dan aktivitas sehari-hari (contoh: membaca buku tentang bebek dan mengajak anak untuk menghitung jumlah bebek), saat anak sudah mulai masuk usia sekolah, Mam dan Pap dapat berdiskusi dengan guru dan kepala sekolah tentang bagaimana sekolah melakukan pendekatan berhitung dalam aktivitas sekolah. Cari tahu bagaimana konsep ajar sekolah mengenai berhitung dan matematika dan yang paling penting cari tahu sikap positif sekolah terhadap matematika. Kemudian, beri dukungan berupa stimulasi yang tepat dan rutin juga di rumah ya, Mam.
Sumber:
Aunola, K., Leskinen, E., Lerkkanen, M. K., & Nurmi, J. E. (2004). Developmental dynamics of math performance from preschool to grade 2. Journal of Educational Psychology, 96, 699. doi:10.1037/0022-0663.96.4.699
Bong, M., & Skaalvik, E. M. (2003). Academic self-concept and self-efficacy: How different are they really? Educational Psychology Review, 15, 1–40. doi:10.1023/A:1021302408382
Bronfenbrenner, U., & Morris, P. (2006). The bioecological model of human development. In W. Damon & R. M. Lerner (Eds.), Handbook of child psychology: Vol. 1. Theoretical models of human development (6th ed., pp. 793–828). New York, NY: Wiley.
Byrnes, J. P., & Wasik, B. A. (2009). Factors predictive of mathematics achievement in kindergarten, first and third grades: An opportunity–propensity analysis. Contemporary Educational Psychology, 34, 167–183. doi:10.1016/j.cedpsych.2009.01.002
Chalfant, J., & Scheffelin, M. (1969). Central Processing Dysfunction in Children: A Review of Research. NINDS Monograph No. 9. Bethesda, Md.: U.S. Department of Health, Education, and Welfare.
Claessens, A., & Engel, M. (2013). How important is where you start? Early mathematics knowledge and later school success. Teachers College Record, 115, 060306. Diakses dari http://eric.ed.gov/?id=EJ1020177
Duncan, G. J., Dowsett, C. J., Claessens, A., Magnuson, K., Huston, A. C., Klebanov, P., . . . & Sexton, H. (2007). School readiness and later achievement. Developmental Psychology, 43, 1428–1446. doi:10.1037/0012-1649.43.6.1428
Entwisle, D. R., & Alexander, K. L. (1990). Beginning school math competence: Minority and majority comparisons. Child Development, 61, 454–471. doi:10.1111/j.1467-8624.1990.tb02792.x
Geary, D. C., Hoard, M. K., Nugent, L., & Bailey, D. H. (2013). Adolescents’ functional numeracy is predicted by their school entry number system knowledge. PLoSONE, 8, e54651.doi:10.1371/journal.pone.0054651
Gersten, R., Chard, D. J., Jayanthi, M., Baker, S. K., Morphy, P., & Flojo, J. (2009). Mathematics instruction for students with learning disabilities: A meta-analysis of instructional components. Review of Educational Research, 79, 1202–1242. doi:10.3102/0034654309334431
Jordan, N. C., Kaplan, D., Ramineni, C., & Locuniak, M. N. (2009). Early math matters: Kindergarten number competence and later mathematics outcomes. Developmental Psychology, 45, 850–867. doi:10.1037/a0014939
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B., eds. (2001). Adding It Up. Mathematics Learning Study Committee, Center for Education, Washington, DC: National Academies Press.
Meisels, S. J. (1998). Assessing readiness (Report no. 3-002). Ann Arbor, MI: Center for the Improvement of Early Reading Achievement. Diakses dari http://www.ciera.org/prod-ucts/meisels-1998/reports32.html
McLeod, T. M., & Crump, W. D. (1978). The Relationship of Visuospatial Skills and Verbal Ability to Learning Disabilities in Mathematics. Journal of Learning Disabilities, 11(4), 53–57. https://doi.org/10.1177/002221947801100408
Stevenson, H. W., & Newman, R. S. (1986). Long-term prediction of achievement and attitudes in mathematics and reading. Child Development, 57, 646–659. Diakses dari http://www.jstor.org/stable/1130343
Watts, T. W., Duncan, G. J., Siegler, R. S., & Davis-Kean, P. E. (2014). What’s past is prologue: Relations between early mathematics knowledge and high school achievement.
Educational Researcher, 43, 352–360. doi:10.3102/0013189X14553660
Share
Yuk Cari Inspirasi Hebat Lainnya
Metode Belajar Efektif Menurut Para Ahli
Apakah Mam tau bahwa setiap orang bisa memiliki gaya belajar yang berbeda? Ada dari kita yang betah membaca berjam-jam, ada pula yang senang hands-on activities. Belajar progresif yang mengedepankan salah satunya child-centered dan personalized learning, mengajak Mam mengenal anak lebih jauh dan menerapkan gaya belajar sesuai dengan kebutuhan anak.
Memahami Tahap Belajar untuk Anak 3 Tahun Menurut Para Ahli
Saat si Kecil beranjak ke usia tiga tahun, mereka menjadi lebih mandiri dan mulai banyak menghabiskan waktu tanpa dampingan orangtua. Pada usia ini mereka juga mulai memiliki imajinasi yang tinggi dan senang bermain permainan yang aktif secara fisik.
Produk Wyeth Nutrition
Informasi Parenting untuk Mam dan Pap
Temukan informasi seputar nutrisi, stimulasi, tumbuh kembang, dan tips parenting di periode
Pra-Kehamilan, Kehamilan, Bayi, dan Anak.
Berikan Rating
Please login to leave us a comment.
Login